Derby Daerah Istimewa Yogyakarta PSS v PSIM

Spirit Apparel – Derby Daerah Istimewa Yogyakarta PSS v PSIM. Suporter jadi antitesis dalam kerumitan berulang yang terjadi di ranah sepak bola Indonesia. Di satu sisi, keberadaannya selalu membuat sepak bola nasional tetap bergairah dan bisa dinikmati. Derby Daerah Istimewa Yogyakarta PSS v PSIM

Tapi, tak jarang, suporter jadi bagian dari kerumitan itu sendiri. Fanatisme yang ditunjukkan menjelma menjadi tekanan dan ancaman bagi klub. Rivalitas menjadi pangkal dari kekerasan yang sialnya, kerap memakan korban.

Seperti yang terjadi pada suporter dua klub terbesar di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Brajamusti -Brayat Jogja Mataram Utama Sejati- pendukung setia PSIM Mataram, dengan kelompok pendukung PSS Sleman, Slemania dan Brigata Curva Sud. Derby Daerah Istimewa Yogyakarta PSS v PSIM

Perseteruan suporter kedua kesebelasan sejatinya tak memiliki sejarah yang panjang. Sebab, PSIM dan PSS berada dalam wilayah kekuasaan Kerajaan Mataram, wilayah yang sangat menjunjung tinggi keharmonisan dan toleransi. Akan tetapi, karena berada dalam wilayah yang sama, laga yang mempertemukan PSIM dan PSS kerap berlangsung sengit dengan balutan tajuk Derbi Mataram.

Jika ditelisik lebih jauh, rivalitas PSIM dan PSS pun bermula pada musim 1999/2000. Di musim itu, PSS yang berdiri pada 20 Mei 1976 berhasil naik level dan berlaga di Divisi Utama. Sementara, PSIM yang sudah ada sejak 5 September 1929, harus terdegradasi di akhir musim. Inilah yang kemudian menjadi benih-benih perseteruan suporter kedua tim.

Sebelumnya, PSIM yang lebih tua dan berada di Kota Yogyakarta menjadi barometer sepak bola DIY. Nama Mataram yang melekat pada PSIM merepresentasikan bahwa PSIM merupakan penggambaran dari kultur DIY. Dua hal itulah yang kemudian direbut oleh PSS seiring dengan keberhasilannya menjejak kaki di level teratas sepak bola Indonesia.

Pengamat sepak bola nasional, Sirajudi Hasbi, kepada kumparan mengamini hal tersebut. Prestasi berbeda yang dicatatkan kedua tim pada tahun yang sama merupakan benih dari dari perseteruan suporter PSIM dengan PSS.

Keberhasilan PSS mencuatkan kecemburuan suporter PSIM. Status PSIM sebagai barometer sepak bola dan representasi DIY perlahan diambil alih oleh PSS.

Tapi, Hasbi juga mengingatkan bahwa keberhasilan PSS berlaga di kompetisi teratas sempat dirayakan juga oleh pendukung PSIM yang dulu bernama Paguyuban Tresno Laskar Mataram (PTLM), cikal-bakal Brajamusti.

PTLM tak ragu datang ke tribune stadion dan bersorak sorai untuk PSS. Namun, itu tak berlangsung lama. Persaingan untuk jadi yang terbaik di DIY pun berdentum.

Persaingan itu sebenarnya wajar-wajar saja, karena setiap kelompok suporter tentu menginginkan klub yang didukungnya bisa meraih prestasi demi sebuah kebanggaan. Akan tetapi, persaingan tersebut tak dikelola dengan cerdas, profesional, dan bertanggung jawab. Akibatnya, persaingan yang terjadi tak hanya berada di atas lapangan selama 90 menit pertandingan, tapi juga meluas sampai keluar lapangan dan dibalut oleh kekerasan.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Febriana Muryanto yang berjudul ‘Faktor Penyebab Konflik Slemania dan Brajamusti dalam Persepakbolaan di Daerah Istimewa Yogyakarta’, kekerasan dalam rivalitas suporter PSIM dengan PSS pertama kali terjadi pada 2001. Saat itu, suporter PSIM diusir oleh Slemania serta disudutkan. Saling lembar benda-benda keras pun tak terelakkan. Derby Daerah Istimewa Yogyakarta PSS v PSIM

Pada 15 Februari 2003, PTLM membuat wadah suporter resmi PSIM dengan menghadirkan Brajamusti. Tujuannya, agar suporter PSIM mempunyai satu komando yang jelas dan diharapkan dapat mengejawantahkan fanatismenya dengan berbagai kegiatan sosial dan positif. Maka itu, banyak kegiatan-kegiatan sosial yang dilakukan Brjamusti.

Tapi, pada 17 November 2007, Brajamusti kembali terlibat konflik dengan Slemania ketika Derbi Mataram berlangsung di Stadion Maguwoharjo. Berawal dari saling ejek di tribune stadion, konflik yang terjadi melebar ke luar stadion dan lagi-lagi saling lempar pun tak bisa diantisipasi.

Selang satu tahun, ribut-ribut kedua suporter kembali terjadi. Kali ini, Brajamusti yang menjadi provokator. Mereka yang tak puas dengan hasil pertandingan membakar bendera Slemania dan keributan tak bisa dibendung. Namun, keributan yang terjadi pada saat itu masih bisa diredakan dengan segera. Derby Daerah Istimewa Yogyakarta PSS v PSIM

Untuk mengakhiri rivalitas yang ada, Brajamusti membuat langkah berani dengan menerima kedatangan Slemania ke Stadion Mandala Krida yang akan menggelar Derbi Mataram pada 12 Februari 2010. Langkah berani Brajamusti inilah yang kemudian menjadi petaka. Pada saat pertandingan berlangsung, terjadi kerusuhan antara suporter dengan pihak keamaan. Derby Daerah Istimewa Yogyakarta PSS v PSIM

Slemania pun tak lepas dari sasaran amarah Brajamusti. Lemparan benda keras diarahkan ke tribune Slemania. Bahkan, menurut Hasbi, Slemania mesti diamankan lebih dulu sebelum keluar dari Mandala Krida.

Hasbi melanjutkan, kerusuhan ini membuat pertandingan harus dihentikan dan memantik kerusuhan-kerusuhan antara Brajamusti dan suporter PSS terjadi di jalan-jalan kendati Derbi Mataram tak berlangsung.

Seperti yang terjadi pada 13 Maret 2015. Saat Brajamusti melakukan perjalanan away, kendaraan yang mereka tumpangi dilempari oleh suporter PSS. Tapi, puncak bentrokan Brajamusti dengan suporter PSS terjadi pada 22 Mei 2016. Derby Daerah Istimewa Yogyakarta PSS v PSIM

Bentrokan yang terjadi di Jalan Magelang KM 14 itu bahkan memakan korban jiwa. Salah satu pendukung PSS, Stanislaus Gandhang Deswara, meninggal dunia. Akibatnya, perseteruan mereka semakin besar dan panas.

Tadinya, manajemen Derbi Mataram dijadwalkan digelar pada Minggu (22/4), di Stadion Mandala Krida, dalam pekan pertama Go-Jek Liga 2. Namun, pada Rabu (18/4), operator Liga 2 memutuskan untuk mengundur laga tersebut hingga Kamis, 26 Juli 2018. Venue pertandingan pun berpindah ke Stadion Maguwoharjo, Sleman.

Kekhawatiran menyangkut pertandingan ini berkutat pada masalah keamanan. Terlebih, kedua tim sudah lama tak pernah bertanding. Terakhir kali mereka bertemu pada musim 2014. Bahkan pada musim 2015, Derbi Mataram pun batal dihelat.Derby Daerah Istimewa Yogyakarta PSS v PSIM

Rivalitas memang selalu melekat dalam laga yang bertajuk derbi. Tapi, itu tak mesti diakhiri dengan saling ejek dan saling melukai. Biarlah rivalitas itu terjadi di atas lapangan sepanjang 90 menit pertandingan.

Derby Daerah Istimewa Yogyakarta PSS v PSIM

Untuk Info lebih lengkap silahkan hubungi admin kami di : 0856 0215 4485

klik logo whatsapp untuk live chat